“Menikah itu bagi saya adalah anugrah terindah yang telah Allah berikan kepada diri ini. Saya sangat bersyukur sekali ketika ada akhwat yang menerima pinangan saya. Saya hanya sosok yang tidak memiliki apa-apa, hanya cinta yang saya miliki” demikian papar mas Fajar bertutur kepada saya tentang makna menikah.
Itulah mas Fajar, sosok idola saya yang sangat bersahaja dan luar biasa. Sosok lulusan salah satu universitas ternama di Amerika dan Indonesia ini memutuskan untuk menikah ketika baru lulus kuliah dari ITB. Saat menikah sudah memiliki rumah dan mobil, ya memang mas Fajar ini sudah menggeluti bisnis sejak semester 1 kuliah.
Pertemuanya dengan mba Siska yang saat ini menjadi istrinya dilalui dengan proses yang unik pada waktu itu, kalau saat ini lebih dikenal dengan nama Taaruf. Mas Fajar hanya bertemu 2 kali dengan mba Siska, sampai akad nikah. Pertemuan pertama ketika taaruf di pojok masjid Salman ITB dan pertemuan keduanya ketika keluarga mas Fajar datang ke rumah mba Siska di Solo Jawa Tengah untuk khitbah. Setelah menikah mas Fajar memboyong istri tercintanya ke Amerika untuk melanjutkan studinya.
Kini sudah 10 tahun usia pernikahan mas Fajar dan mba Siska, namun ternyata Allah belum memberikan karunia anak kepada mereka. Padahal secara kesehatan reproduksi baik mas Fajar maupun mba Siska tidak bermasalah, semua sehat wal afiat.
Pernah dalam sebuah kesempatan, saya sedikit bercanda kepada mas Fajar dengan menanyakan :” apa ga mencoba untuk menikah lagi atau poligami?.”
Kala itu mas Fajar cuma tersenyum dan memberikan jawaban bahwa “saya sangat mencintai Istriku, saya sangat bersyukur sekali diberi karunia istri yang sangat Sholekhah. Demi Allah saya tidak pernah melihat istriku marah. Bila ada perkataan saya yang menyakiti hatinya, istriku biasanya terdiam dan kadang memilih ke kamar untuk menangis, setelah itu kembali tersenyum.”
Mas Fajar juga menceritakan bahwa bagi dirinya bahwa meskipun belum ada karunia anak dari rahim istrinya, kecintaan mas Fajar kepada mba Siska tak akan pernah pudar dan berkurang sedikitpun, bahkan tiap hari semakin bertambah.
Saya sangat terharu dengan prinsip yang dipegang mas Fajar, betapa mulianya sosok mas Fajar. Disaat ditempat lain obrolan poligami menjadi hal yang sering menghiasi obrolan ringan. Sosok mas Fajar telah mengajari diri saya tentang makna cinta kepada istri kita, karena menikah adalah anugrah terindah yang Allah berikan.
Wallahu ‘alam
Fatih Abdurahman
No comments:
Post a Comment