Sunday, August 6, 2017

"Mungkin saja tanpa sadar kita sering berucap yang kurang baik salah satunya dengan mencela saudaranya sendiri, lantas bagaimana pandangan ustadz adi hidayat tentang hukum mencela orang lain, selengkapnya dalam video ini"

Kajian Ustadz Adi Hidayat, Lc. MA
Video di ambil dari Chanel Youtube PINTU SURGA

Follow juga ya :
IG dan twitter : @dakwahmuda1 
Fanspage : https://www.facebook.com/dakwahmudakita

Thursday, August 3, 2017

Oleh : Kurniawan Hanif Naufal Abqary (Founder Komunitas Dakwah Muda)

Maraknya Grup Gay di kalangan pelajar di Kota Banjar sungguh sangat mengkhawatirkan, hal ini terindikasi dari menyebarnya hasil screen shoot Group Facebook yang berjudul “Gay SMP SMA Kota Banjar”. Grup Gay tersebut beberapa waktu lalu sudah sangat marak diperbincangkan dan semakin mengkhawatirkan, terlebih di kalangan pelajar di Kota Banjar.

Bagi saya, hal ini jelas sangat mencoreng nama Kota Banjar yang notabenenya menjunjung sebuah Visi yang amat luar biasa, yakni menjadikan Kota Banjar yang berlandaskan Iman dan Taqwa. Seharusnya visi ini teremplementasi dalam aktivitas kehidupan di tengah-tengah masyarakat Kota Banjar khususnya. Namun, justru fakta menunjukkan hal lain. Munculnya kasus Grup Gay di Kota Banjar di kalangan pelajar sekali lagi membuktikan bahwa terwujudnya visi Kota Banjar belum terealisasi secara nyata.

Semua hal tadi terjadi tentulah pasti ada yang keliru yang terpangkal dari cara pandang dan paradigma yang salah. Sehingga, menjadi sebuah kewajaran ketika berbagai macam persoalan menerpa kehidupan manusia hari ini, terkhususnya kehidupan remaja generasi muda yang semakin bebas merajalela tanpa batas.

Gaya hidup yang liberal merupakan musuh utama yang lahir dari cara pandang hidup yang sekularis, akhirnya melahirkan gaya hidup yang bebas semakin mendapat perlakuan yang wajar di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya, sistem kehidupan sekularisme menjadi pangkal persoalan utama yang menjadikan pelajar, generasi muda dan remaja yang rusak serta jauh dari nilai – nilai tuntunan Islam.

Disisi lain, hari ini aktivitas dan seruan dakwah yang dilakukan justru mendapat tempat dan respon yang sangat minim bahkan cenderung negatif. Terlebih kemudian munculnya opini yang menjelaskan bahwa cikal bakal lahirnya terorisme dan radikalisme justru dari tempat dimana ilmu dan tsaqofah islam didapatkan. Pengajian-pengajian remaja, organisasi ROHIS dan kegiatan remaja masjid lainnya menjadi sasaran empuk pengopinian dan gambaran negatif kegiatan keislaman yang sebenarnya sungguh-sungguh serius mengkaji Islam.

Tak heran akhirnya, organisasi dan aktivitas kajian islam yang berupaya menyerukan perubahan ke arah tuntunan Islam yang lebih baik justru digambarkan sebagai sesuatu yang menyeramkan, menakutkan dan bahkan wajib diwaspadai keberadaannya. Padahal anehnya di sisi lain, begitu banyak kegiatan dan aktivitas yang jauh dari nilai-nilai tuntunan Islam malah diberikan perhatian yang khusus, didukung dengan penuh dan mendapat tempat yang layak.

Maraknya kasus Grup Gay di kalangan pelajar di Kota Banjar tentu merupakan bagian dari permasalahan yang mesti dituntaskan dengan segera. Setidaknya ada tiga peran yang harus diperhatikan oleh kita untuk mengatasi berbagai permasalahan, khususnya Grup Gay Kota Banjar yang meresahkan ini.

Pertama, peran individu dan keluarga. Hal ini diwujudkan dengan mengoptimalkan pendidikan aqidah Islam dan ilmu-ilmu agama sebagai benteng atau pondasi utama. Allah SWT di dalam QS. At-Tahrim ayat 6 memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka.

Kedua, peran masyarakat/lingkungan. Hal ini diwujudkan dengan adanya aktivitas amar ma’ruf nahi munkar atau dalam kata lain ada upaya saling mengingatkan di dalam kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (QS. Al-Ashr : 1-3). Faktor lingkungan sangat penting untuk diperhatikan karena justru aktivitas para pelajar dan remaja banyak dihabiskan di dalam lingkungan pergaulannya. Dari sinilah kewajiban dakwah itu menjadi sangat penting. Mengajak masyarakat untuk memahami islam dan kembali kepada islam, menerangkan hikmah adanya aktivitas dakwah dan akibat ketika meninggalkan dakwah (QS. Al-Anfal : 25).

Ketiga, peran negara. Permasalahan dan problematika yang terjadi dikalangan remaja atau pelajar hari ini adalah salah satu buah dari sistem sekularisme kapitalisme yang menjerat negeri ini. Artinya kasus terbongkarnya Grup Gay Kota Banjar di kalangan pelajar yang semakin meresahkan ini atau pergaulan remaja yang semakin gila ini adalah bagian dari dampak sistemik aturan negara yang ada. Oleh karenanya, cara untuk mengantisipasinya pun harus melalui jalur yang sistemik pula. Disinilah peran negara sangat berpengaruh dalam menghilangkan segala kemaksiatan yang ada.

"Allah menghilangkan kemaksiatan dengan kekuasaan apa-apa yang tidak bisa dihilangkan dengan Alqur'an" (Khalifah Utsman Bin Affan).

"Sesungguhnya kekuasaan dan agama seperti saudara kembar. Agama adalah pondasinya, kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tiada pondasinya pasti hancur dan segala sesuatu yang tiada penjaganya pasti hilang" (Imam Al Ghozali).

Dua ungkapan diatas sangat cukup untuk menunjukkan betapa urgennya peran sebuah negara yang menjalankan dan menerapkan islam sebagai penyelamat sekaligus perisai utama ummat dari serangan dan serbuan berbagai persoalan yang menerpa generasi mudanya sebagai aset berharga negara. Oleh karena ketiadaan peran negara inilah akhirnya mengakibatkan munculnya kerusakan dimana-mana mulai dari kerusakan individu, masyarakat hingga permasalahan negara.

Sungguh hanya dengan Islam potensi remaja dan generasi muda yang luar biasa akan menjadi maksimal dan produktif. Bahkan keberhasilan dakwah Islam dan kebangkitan peradaban Islam dahulu, semuanya tidak terlepas dari peran generasi muda. Banyak bukti nyata dalam sejarah peradaban Islam yang menjelaskan berbagai macam prestasi gemilang para generasi muda Islam, semuanya terjadi ketika Islam diterapkan dan menjadi sebuah aturan negara. Penerapan Islam akan mendorong terwujudnya berbagai kemashlahatan dan menjauhkan berbagai kemafsadatan (kerusakan).

Inilah esensi dari pentingnya islam diterapkan dalam kehidupan karena akan terwujudnya Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Namun jangan heran, ketika negeri ini jauh dari islam bahkan menjauhinya, maka status negeri inin dalam kungkungan darurat pergaulan bebas yang dilakukan oleh para generasi mudanya akan nampak semakin jelas dihadapan kita.


Semoga di tangan, bahu serta gerak langkah kaki kitalah Allah SWT memberikan pertolongannya atas berbagai macam persoalan yang terjadi, agar teraih kemashlahatan di dunia dan di akhirat nanti. Sehingga menjadikan negeri ini dan bumi ini dipenuhi dengan limpahan keberkahan adalah sesuatu yang nyata akan terasa. Wallaahu ‘alam.

Wednesday, February 17, 2016


Oleh : KH. Hafidz Abdurrahman

LGBT adalah singkatan dari lesbian, gey, biseks dan transgender. Lesbian adalah sebutan bagi perempuan yang mempunyai kecenderungan dan mencintai sesama perempuan. Gey adalah sebutan bagi laki-laki yang mempunyai kecenderungan dan mencintai sesama laki-laki. Bisek adalah sebutah bagi perempuan dan laki-laki yang mempunyai kecenderungan dan mencintai dua pasangan, sesama perempuan dan atau laki-laki. Sedangkan transgender adalah sebutan bagi perempuan atau laki-laki yang menampilkan diri dengan sosok yang berbeda dengan gendernya.

LGBT Bukan Fitrah

Dengan tegas Allah menyatakan, fitrah manusia diciptakan dengan dua jenis, laki [dzakar] dan perempuan [untsa] [Q.s. al-Hujurat: 13]. Allah pun memberikan kepada masing-masing syahwat kepada lawan jenisnya [Q.s. Ali ‘Imran: 14]. Karena itu, Allah menetapkan, bahwa mereka dijadikan hidup berpasangan dengan sesama manusia, pria dengan wanita. Tujuannya, agar nalurinya terpenuhi, sehingga hidupnya sakinah, mawaddah wa rahmah [Q.s. ar-Rum: 21]. Dari pasangan ini, kemudian lahir keturunan yang banyak, sehingga eksistensi manusia tidak punah [Q.s. an-Nisa’: 1].

Itulah mengapa Allah menjadikan perempuan sebagai ladang bagi pria, agar bisa ditanami, sehingga tumbuh subur dari rahimnya, dan melahirkan keturunan [Q.s. al-Baqarah: 223]. Itulah mengapa juga, Allah memerintahkan pria untuk menikahi wanita yang dicintainya [Q.s. an-Nisa’: 3]. Melarang berzina, apalagi menikah dengan sesama jenis. Karena itu, baik zina maupun sodomi, dan sejenisnya diharamkan dengan tegas. Pelakunya pun sama-sama dihukum dengan hukuman keras.

Itu artinya, LGBT ini bukan fitrah. Bukan takdir, bukan kudrat. Jika LGBT ini fitrah, takdir dan kudrat, tentu Allah tidak akan menghukum keras pelakunya. Jadi, LGBT ini adalah penyimpangan perilaku. Jika ada yang menyebut LGBT ini fitrah, kudrat atau takdir, maka sama saja dengan lancang menuduh Allah yang menciptakannya. Ini jelas tuduhan bohong, dan sikap kurang ajar kepada Allah SWT.

Akar Masalah dan Bahaya LGBT

Jika LGBT ini jelas bukan fitrah, tetapi penyimpangan, bahkan kemudian telah menjadi strategi negara penjajah untuk mempertahankan penjajahannya, lalu bagaimana cara mengatasinya?

Pertama, harus tahu akar masalahnya, mengapa ini ada? Kedua, bahayanya bagi individu, keluarga, masyarakat dan negara. Ketiga, baru bagaimana Khilafah menyelesaikannya?

Pertama, LGBT ini ada karena faktor ideologis. Ketika negara Barat, Kafir penjajah, mengadopsi teori TR Malthus, yang menyatakan, bahwa pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan barang dan jasa mengikuti deret hitung. Selain jumlah pertambahan populasi dunia meningkat lebih cepat, kebutuhan manusia pun tak terbatas, sementara alat pemuasnya terbatas. Terlebih, di saat ekonomi tidak tumbuh. Untuk mengatasi itu, maka pertumbuhan penduduk di dunia harus dihentikan, atau setidaknya dikurangi, dengan menganjurkan LGBT. Reasoning-nya, kebutuhan seksualnya terpenuhi, tetapi tidak menambah populasi, karena dilampiaskan kepada sesama jenis.
Selain itu, juga faktor ketidakyakinan tentang rizki di tangan Allah. Tidak yakin, bahwa setiap yang melata di muka bumi sudah dijamin rizkinya oleh Allah SWT. Tidak yakin, bahwa rizki yang ada di tangan-Nya tidak pernah habis. Ditambah, ketimpangan distribusi barang dan jasa di tengah masyarakat, karena tidak diatur oleh sistem yang adil.

Kedua, LGBT bisa terjadi karena kesalahan pendidikan, baik di dalam maupun di luar rumah. Komunitas LGBT ini tidak sedikit yang diikuti orang Islam. Ini lebih disebabkan, karena kesalahan pendidikan, baik di dalam rumah, maupun di luar rumah.

Ketiga, LGBT juga bisa terjadi karena lingkungan, pergaulan, bacaan dan tontonan yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

Ketiga faktor ini secara simultan menjadi pemicu lahir, tumbuh dan berkembangnya LGBT di dunia. Karena LGBT ini bukan fitrah, tetapi penyimpangan perilaku, maka LGBT ini justru membahayakan individu, keluarga, masyarakat dan negara.

Bagi individu, perilaku menyimpang ini pasti membuatnya tidak tenang, apalagi bahagia. Bahkan, hidupnya selalu diliputi berbagai kecemasan dan kegelisahan, karena menyalahi fitrah. Ketakutan dan rasa khawatir akan kehilangan pasangan jauh lebih besar. Akibatnya, ketika ditinggalkan pasangannya, dendam dan tindakan nekat tak jarang dilakukan. Membunuh, mutilasi, menyodomi mayat, dan sebagainya adalah indikasi kerusakan mental penganut LGBT ini.

Mereka pun tak jarang terjangkiti virus HIV/AIDS, karena perilaku menyimpang mereka. Virus menular dan mematikan ini pun kemudian dibawa pulang, mengancam keluarga. Membuat keluarga menjadi tidak tenang, karena merasa was-was dan dalam ancaman virus menular dan mematikan ini. Selain itu, keberadaanya pun menjadi aib bagi keluarganya.

Bagi masyarakat dan negara, dengan mentalitas mereka yang lemah dan rusak, ditambah efek penyebaran virus LGBT secara massif, dengan dukungan individu, negara dan badan dunia, menyebabkan dampak kerusakan dan destruktifitasnya menjadi ancaman nyata bagi masyarakat dan negara. Bahkan, LGBT telah menjadi bagian dari penjajahan di dunia Islam itu sendiri.

Cara Khilafah Menyelesaikan LGBT

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka penyelesaian LGBT ini harus menyeluruh dan sistemik. Negara Khilafah, sebagai negara Islam, yang menjadikan Islam sebagai ideologinya jelas tidak akan mentolelir LGBT. Faktor ideologis yang menjadi sebab lahirnya LGBT pun jelas tidak ada. Negara Khilafah, dengan akidah Islamnya, jelas memandang bonus demografi sebagai berkah dan kekuatan tersendiri.

Karena, Negara Khilafah dan rakyatnya meyakini, rizki di tangan Allah tidak terbatas [Q.s. an-Nahl: 96]. Allah pun telah menjamin rizki setiap makhluknya, hatta hewan melata yang tidak berakal, semuanya dijamin rizkinya [Q.s. Hud: 6]. Ini adalah janji Allah, dan janji-Nya pasti [Q.s. ad-Dzariyat: 23]. Selain itu, Islam yang diterapkan Khilafah telah mejamin distribusi barang dan jasa dengan hukum yang adil, sehingga tak ada satupun warga negara yang tidak mendapatkan bagian.

Jika masalah ideologis ini selesai, maka LGBT sebagai solusi Kapitalisme dalam mengatasi ledakan demografi jelas akan terkubur bersama para penganut dan pengikutnya. Tinggal masalah penyimpangan perilaku, baik karena faktor pendidikan maupun lingkungan, yang harus diselesaikan. Dalam konteks pendidikan, di dalam keluarga yang disinari dengan cahaya Islam, maka sejak dini anak sudah dididik dengan Islam, dan hukum-hukumnya.

Orang tua pun bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya. Rumah sebagai madrasah pertama bagi mereka benar-benar diwujudkan dengan sempurna. Itu meniscayakan pasangan suami-isteri menjadi orang-orang yang alim tentang Islam, mengerti hak dan kewajibannya, termasuk hak dan kewajiban anak-anaknya. Semuanya ditunaikan dengan sempurna. Dengan begitu, celah penyimpangan perilaku pada anak, sejak dini bisa dideteksi dengan mudah, dan diatasi. Sampai hal-hal yang detail, seperti berpakaian, tutur kata, cara berjalan dan sebagainya, semuanya bisa dibentuk sesuai dengan standar hukum Islam.

Lingkungan yang terbentuk dari keluarga, masyarakat dan negara yang menerapkan Islam jelas lingkungan yang sangat-sangat sehat. Tidak ada yang rusak, apalagi destruktif. Jika semuanya itu ada, maka penyimpangan sekecil apapun menjadi mudah diselesaikan. Karena, dalam kondisi seperti ini, terjadinya penyimpangan bisa dihitung dengan jari, dan sangat langka.

Ketika penyimpangan itu terjadi, Khilafah pun dengan tegas menghukum pelakunya. Karena, seluruh jalan dan celah sudah ditutup rapat, maka mereka yang menyimpang dalam kondisi seperti ini diaggap nekad.

Bagi lesbian dan gay, atau biseksual yang berpangan dengan sejenis, bisa dihukum dengan hukuman mati. Bisa dengan cara dijatuhkan dari bangunan tertinggi, atau dengan cara yang lain. Sedangkan bagi transgender, jika tidak sampai melakukan sodomi dengan sesama lelaki, atau dengan sesama perempuan, maka dia akan dikenai hukuman ta’zir.

Dengan cara seperti inilah, maka LGBT ini akan bisa diberantas hingga ke akar-akarnya. Pada saat yang sama, LGBT yang dijadikan pintu penjajah untuk melemahkan negara pun bisa ditutup rapat-rapat. Wallahu a’lam. [VM]

Monday, February 8, 2016

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Meski nasihat-nasihat, imbauan-imbauan para ulama, ustadz-ustadzah tentang Valentine selalu didengungkan tiap bulan Pebruari,  tapi ternyata masih banyak orang tua para remaja yang masih berpemahaman salah tentang Valentine’s Day. Valentine hanya dianggap sebagai budaya remaja modern saja. Padahal ada bahaya besar di balik Valentine yang siap menerkam para remaja. Ini yang tidak disadari para orang tua.


Tiap bulan Februari, remaja yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau banyak ustad-ustazah memperingatkan nilai-nilai akidah Kristen yang dikandung dalam peringatan tersebut, namun hal itu tidak terlalu dipusingkan mereka. "Aku ngerayain Valentine kan buat fun-fun aja...." begitu kata mereka.

Tanggal 14 Februari dikatakan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Apa benar? Mari kita tilik sejarahnya.

Siapakah Valentine?
Tidak ada kejelasan, siapakah sesungguhnya yang bernama Valentine. Beragam kisah dan semuanya hanyalah dongeng tentang sosok Valentine ini. Tetapi setidaknya ada tiga dongeng yang umum tentang siapa Valentine.

Pertama, St Valentine adalah seorang pemuda bernama Valentino yang kematiannya pada 14 Pebruari 269 M karena eksekusi oleh Raja Romawi, Claudius II (265-270). Eksekusi yang didapatnya ini karena perbuatannya yang menentang ketetapan raja, memimpin gerakan yang menolak wajib militer dan menikahkan pasangan muda-mudi, yang hal tersebut justru dilarang. Karena pada saat itu aturan yang ditetapkan adalah boleh menikah jika sudah mengikuti wajib militer.

Kedua,  Valentine seorang pastor di Roma yang berani menentang Raja Claudius II dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi. Ia kemudian meninggal karena dibunuh dan oleh gereja dianggap sebagai orang suci.

Ketiga, seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir, terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi. Meninggal pada pertengahan abad ke-3 Masehi. Dia juga bernama Valentine.

Ucapan ”Be My Valentine”
Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!


Tradisi penyembah berhala

Festival Lupercalia, Cikal Bakal Valentine

Sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan Romawi  beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme. Mereka memiliki perayaan/pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Pebruari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja menyebut mereka sebagai kaum kafir.

Di zaman Athena Kuno, tersebut disebut sebagai bulan GAMELION. Yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi Kuno, disebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa LUPERCUS, dewa kesuburan  yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit domba.

Perayaan ini berlangsung dari 13 hingga 18 Pebruari, yang berpuncak pada tanggal 15. Dua  hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Di masa ini ada kebiasaan yang digandrungi yang disebut sebagai Love Lottery/Lotre pasangan, di mana para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung. Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa.

Hal ini menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja maka diadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan. Maka Paus Gelasius I pada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine's Day.

Ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta. Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14 Februari di tahun 498.

Bagaimanapun juga lebih mudah mengubah keyakinan masyarakat setempat jika mereka dibiarkan merayakan perayaan di hari yang sama hanya saja diubah ideologinya. Umat Kristen meyakini St  Valentino sebagai pejuang cinta kasih. Melalui kelihaian misionaris, Valentine’s Day dimasyarakatkan secara internasional.

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari tradisi masyarakat di zaman Romawi Kuno, masyarakat kafir yang menyembah banyak Tuhan juga berhala. Dan hingga kini Gereja Katholik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya St Valentine. Meskipun demikian perayaan ini juga dirayakan secara resmi di Gereja Whitefriar Street Carmelite di Dublin-Irlandia.

Valentine di Indonesia
Valentine’s Day disebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan dengan kata ‘LOVE’. Padahal kalau kita mau jeli, kata ‘kasih sayang’ dalam bahasa inggris bukan ‘love’ tetapi ‘Affection’. Tapi mengapa di negeri-negeri muslim seperti Indonesia dan Malaysia,  menggunakan istilah Hari Kasih Sayang. Ini penyesatan.

Makna ‘love’ sesungguhnya adalah sebagaimana sejarah GAMELION dan LUPERCALIA pada masa masyarakat penyembah berhala, yakni sebuah ritual seks/perkawinan. Jadi Valentine’s Day memang tidak memperingati kasih sayang tapi memperingati love/cinta dalam arti seks. Atau dengan bahasa lain, Valentine’s Day adalah HARI SEKS BEBAS.

Dan pada kenyataannya tradisi seks bebas inilah yang berkembang saat ini di Indonesia. Padahal di Eropa sendiri tradisi ini mulai ditinggalkan. Maka, semua ini adalah upaya pendangkalan akidah generasi muda Islam.

Inilah yang dikatakan Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935): “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa nafsu”.




 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Kajian Hj. Irena Handono

Monday, November 23, 2015

Perkembangan Mutakhir di Medan Suria dan 
Apakah Ada Hubungannya dengan Serangan Paris?

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal:
Perkembangan Mutakhir di Medan Suria
dan Apakah Ada Hubungannya dengan Serangan Paris?

Pertanyaan:
Situasi Suria, khususnya pasca serangan brutal Rusia, menjadi ajang militer bagi pesawat tempur amerika, Rusia, Suria dan lainnya, di samping konflik militer darat … Pada waktu yang sama, pembicaraan politik di Wina yakni Konferensi Wina 1, 2 dan 3 juga makin meningkat, ditambah berbagai pembicaraan terpisah… Pertanyaan saya adalah: kenapa tidak terjadi benturan militer antara pesawat di udara padahal berasal dari negara-negara yang berbeda? Kemudian kenapa eskalasi militer ini diiringi dengan eskalasi politis? Dan terakhir, apa penyelesaian yang mungkin terjadi untuk masalah Suria? Kemudian apakah serangan Paris pada hari Jumat 13/11/2015, beberapa jam sebelum penyelenggaraan konferensi Wina ke-3 pada 14/11/2015, mempengaruhi penyelesaian yang mungkin terjadi pada masalah Suria? Atau serangan itu tidak ada hubungan dengan hal itu dan bahwa kesamaan waktu itu hanya kebetulan? Saya mohon jawaban akan tetapi tanpa masuk terlalu dalam pada analisis politis, akan tetapi jawaban sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat awam. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.

Jawab:
Saya akan mulai dari bagian akhir pertanyaan. Jika yang dimaksudkan dari penyederhanaan jawaban adalah agar jawaban itu jelas dengan dibuat point-point tanpa rancu dan ambigu dan dengan lafazh-lafazh yang memiliki konotasi yang jelas tidak diliputi tawriyah dan semacamnya … maka ini adalah karakter spesifik dari berbagai produk keluaran kami baik berupa leaflet (nasyrah), keterangan, jawab soal atau yang lain… Adapun jika yang dimaksudkan dengan penyederhanaan itu adalah agar tidak dikaji berbagai pendahuluan dan latar belakang berbagai masalah dan agar tidak diuji kedalaman faktanya dan sebab-sebabnya… Maka hal ini tidak bisa dilakukan dalam membahas krisis-krisis politik. Sebab, jawaban itu wajib dibangun berdasarkan data dan informasi yang diduga kuat kebenaran dan kesahihannya. Jika tidak dikaji fakta-fakta, dorongan-dorongan, sebab-sebab, dan bukti-bukti yang berhubungan, lalu dikaitkan dengan baik; maka jawaban akan bersifat dangkal dan candaan. Ini yang kami jauhi dalam berbagai produk keluaran kami. Kami berupaya agar jawaban itu benar dan lurus semampu kami. Mudah-mudahan dengan membaca jawaban kami ini menjadi jelas kejujuran dan kebenaran pandangan kami, insya’a Allah. Dan berikut jawaban untuk cabang-cabang pertanyaan Anda:

Pertama: Masalah Tidak Adanya Benturan:
Betul, negara itu berbeda-beda dalam hal nama dan letaknya, akan tetapi (ajarannya) dalam masalah krisis Suria adalah sama. Karena itu strategi hingga filamennya terkontrol. Berikut penjelasannya:

Terkait dengan rezim Suria, rezim Suria adalah antek tulus amerika pada masa Bashar dan bapaknya. Ia menjaga kepentingan-kepentingan amerika dan kepentingan-kepentingan negara Yahudi… Penarikan diri Hafez Asad dari Golan dan penyerahan Golan kepada Yahudi, kemudian Hafez menjadikannya wilayah aman untuk Yahudi selama sekitar 40 tahun. Lalu rezim Suria ikut serta dalam koalisi amerika selama perang teluk kedua pada tahun 1991. Lalu berbagai pembicaraan dan konspirasi yang diatur dan diarahkan oleh amerika di kawasan; dan rezim Suria menjadi alat amerika yang tunduk patuh dan dikontrol dengan politik amerika … Semua itu membuat aksi pesawat Suria yang menyerang masyarakat berada dalam cakupan politik amerika sehingga pesawat Suria tidak berdekatan dengan pesawat amerika, bahkan pesawat Suria menjalankan misinya dalam cakupan strategi yang telah digariskan. Apa yang disebarkan pada tahun lalu, ketika aktifitas koalisi militeristik amerika di Suria dimulai, bahwa pemberitahuan tentang hal itu telah diberikan kepada rezim … semua itu telah cukup dan tidak memerlukan penjelasan lebih banyak.

Adapun tentang serangan Rusia terhadap Suria, bahwa itu terjadi dengan kesepakatan dengan Amerika dan dengan koordinasi diantara pesawat kedua pihak. Kami telah menjelaskan hal itu dalam produk keluaran kami tertanggal 11/10/2015 seputar masalah itu. Saya kutipkan sebagian yang ada hubungan: [Di sini datang bencana. Amerika menampakkan diri bersama orang-orang revolusioner dan sulit baginya memerangi revolusioner secara terbuka, sementara mereka telah menimpakan bahaya atas rezim padahal alternatif Amerika belum matang sama sekali. Disitulah terjadi permainan api keji agar Rusia melakukan tugasnya. Peran Rusia adalah mendukung rezim dan menentang revolusioner secara terbuka. Perang terhadap revolusioner itu, Rusia punya justifikasi. Yaitu rezim Suria mengundang Rusia dengan perintah dari Amerika, dan itulah yang terjadi… Rusia setuju memainkan peran jahat keji di Suria demi Amerika!… Serangan Rusia dari udara, laut dan darat, dengan pangkalan dan penasehat mereka, adalah melalui koordinasi dengan Amerika, bahkan mewakili dan dengan perintah dari Amerika…. Semua orang yang berakal akan paham, pesawat tempur dua negara jika terbang di langit yang sama, itu terjadi dengan koordinasi keduanya sebagai dua teman atau dalam bentuk perang diantara keduanya sebagai musuh lalu saling tembak seperti perang manapun. Jika tidak, maka keduanya adalah dua teman yang berkoordinasi udara untuk merealisasi satu tujuan. Pernyataan kedua pihak menegaskan koordinasi ini. “Kementerian luar negeri Rusia mengatakan dalam keterangan yang dilansir di situsnya, Kamis 8/10/2015: “sesuai tugas dari presiden Rusia Putin dan sejawat Amerikanya Barack Obama dalam penutupan pertemuan keduanya di sela-sela sidang umum PBB, menteri luar negeri mendiskusikan jalan penyelesaian situasi di Suria, termasuk pentingnya menghindari terjadinya insiden di wilayah udara di atas Suria dan penguatan proses rekonsiliasi politik di Suria sesuai keterangan Jenewa 30/6/2015.” Keterangan itu menambahkan, kedua menteri luar negeri “memaparkan langkah-langkah implementasi kesepakatan Minsk seputar Ukraina yang ditandatangani pada 12 Februari…” (al-Hayat, edisi Rabu, 7/10/2015)] selesai.

Dan saya tambahkan:
Serangan Rusia ke Suria pada 30/9/2015 didahului langsung oleh pertemuan Obama dan Putin pada 29/9/2015. Pertemuan itu berlangsung selama 90 menit… Krisis Ukraina menjadi topik pertama. Sementara itu kedua kepala negara memfokuskan pada masalah di Suria pada bagian sisa pertemuan. Hasil-hasil pertemuan itu tampak secara langsung (dan pada 30/9/2015 Parlemen Rusia menyepakati secara bulat permintaan Putin menggunakan kekuatan udara Rusia di Suria) (Russia today, 30/9/2015)…

Sampai tentang posisi-posisi yang diserang oleh Rusia di Suria sebagian besarnya dengan kesepakatan dengan amerika. CNN mengutip pada 4/10/2015: (Letnan Jenderal Andrey Kartopolovpejabat militer di staf angkatan bersenjata Rusia pada Sabtu sore 3/10/2015 mengatakan, tempat-tempat yang dijadikan sasaran oleh senjata udara Rusia di Suria sebelumnya telah diberitahukan kepada Moskow oleh komando militer amerika bahwa itu adalah tempat-tempat yang ditempati teroris saja. Pejabat itu melanjutkan sesuai apa yang dikutip oleh kantor berita Itar Tass Rusia: “amerika Serikat menginformasikan kepada kami melalui komunikasi bersama bahwa tidak ada selain teroris di tempat-tempat itu.”)

Terjadi koordinasi yang kuat antara pesawat-pesawat Rusia dan amerika di udara Suria sampai-sampai digambarkan dengan latihan: (kementerian pertahanan amerika Pentagon pada Selasa 3/11/2015 mengumumkan bahwa personel amerika dan Rusia sukses melatih mekanisme yang memungkinkan pesawat-pesawat mereka yang melakukan aksi serangan di udara Suria melakukan kontak langsung untuk menghindari insiden. Juru bicara Pentagon Jeff Davis mengatakan bahwa pesawat amerika “pada Selasa melakukan pengujian komunikasi yang telah disiapkan dengan pesawat Rusia” di udara Suria. Ia menekankan bahwa pengujian itu berlangsung selama “tiga menit” dan mencapai tujuannya”… Di sisi sebaliknya, kantor berita Rusia mengutip seorang jenderal di angkatan bersenjata Rusia, bahwa angkatan udara amerika dan Rusia melakukan latihan bersama di Suria, pada hari Selasa.) (alarabiya.net: 3/11/2015)

Atas dasar itu, pesawat amerika dan Rusia terbang di langit Suria dengan aman dari masing-masing kubu: pesawat amerika membom di Suria dengan sepengetahuan rezim diktator. Pesawat Rusia membom di Suria juga dengan sepengetahuan rezim Suria… Pesawat Rusia lalu lalang di langit Suria melalui kesepakatan dengan amerika dan dengan koordinasi diantara angkatan udara amerika dan Rusia… Begitulah, benturan tidak terjadi, karena yang lalu lalang di langit Suria adalah teman yang harmonis. Makar mereka satu terhadap Islam dan kaum muslim.

قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (TQS alMunafiqun [63]: 4)

Adapun jika keharmonisan hilang diantara keduanya, maka benturan pada waktu itu bisa terjadi.

Kedua: beriringannya aktifitas politik dengan aktifitas militer:
Sebagaimana diketahui bahwa rezim di Suria adalah antek pengikut hina bagi amerika. amerika menganggap Suria sebagai kawasan pengaruh miliknya untuk melayani kepentingan-kepentingannya. amerika sekarang paham bahwa Bashar telah jatuh atau hampir jatuh. Bashar berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melayani kepentingan-kepentingan amerika. Maka amerika mencari alternatif antek yang menggantikan Bashar. amerika khawatir Bashar jatuh sebelum amerika menemukan pengganti Bashar… Karena itu, amerika mendukung Bashar dengan berbagai cara, diantaranya aksi-aksi militer ini untuk merealisasi dua perkara:

Pertama, mendukung diktator Bashar sehingga dia tidak jatuh sebelum amerika menemukan alternatif antek berikutnya untuk menggantikan antek lama. Dengan begitu tidak akan terjadi kekosongan yang diisi dengan jalan yang tidak sesuai dengan kalkulasi-kalkulasi amerika… Kedua, tekanan berturut-turut terhadap warga Suria agar menerima pengganti yang dibuat amerika dari koalisi dan dari faksi-faksi yang disebutnya moderat dan dari beberapa pendukung rezim. Karena itu, cara-cara aksi militer yang dipimpin oleh amerika di Suria begitu beragam, baik berupa cara yang tunduk ke Iran atau partainya Iran atau pendukung-pendukungnya atau belakangan melalui angkatan bersenjata Rusia. Semuanya ada di satu sisi, yakni menyiapkan suasana untuk aksi politik yang pada tingkat pertama merealisasi kemaslahatan amerika. Dan bagi Rusia itu untuk membuat kerelaan kepada Rusia secara relatif untuk meringankan sanksi-sanksi dan masalah Ukraina… Begitulah, aksi-aksi militer meningkat eskalasinya untuk menyiapkan suasana politik. Dengan memonitor apa yang terjadi, perkara ini menjadi jelas sekali. Berbagai pertemuan diadakan berturut-turut pada waktu dimana aksi-aksi militer juga terus berlanjut:

Pada 23 Oktober 2015 diselenggarakan pertemuan kuarteral pertama “Rusia, amerika Serikat, Saudi dan Turki”. (Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, “Para peserta pertemuan kuarteral Rusia, amerika, Saudi dan Turki di Wina Jumat 23 Oktober 2015 sepakat seputar redaksi dukungan luar negeri untuk aktifitas politik di Suria… Ia menyebutkan bahwa semua menteri sepakat atas pentingnya menjaga Suria sebagai negara bersatu sekuler yang memiliki kedaulatan”… Kerry menggambarkan pertemuan empat menteri di Wina sebagai “konstruktif dan produktif”. Kerry menyebutkan bahwa Teheran telah menerima tawaran untuk bergabung ke perundingan khusus rekonsiliasi krisis Suria, seperti yang dikutip kantor berita Blomberg dari menteri amerika…) (Russia Today, 23/10/2015)

Pada sore tanggal 29 Oktober 2015 diselenggarakan pertemuan kuarteral kedua (berakhir pada Kamis malam Jumat 30/10/2015, diselenggarakan pertemuan kuarteral menteri luar negeri Saudi, Turki, Rusia dan amerika Serikat seputar jalan penyelesaian politik yang mengakhiri krisis di Suria. Empat menlu itu tidak memberikan pernyataan apapun kepada media massa pasca pertemuan tersebut … Menteri luar negeri amerika, John Kerry, telah bertemu dengan sejawatnya menteri luar negeri Iran Mohammed Javad Zarif. Kerry menganggap pertemuan Wina tidak akan mengantarkan kepada penyelesaian politik segera. Akan tetapi mungkin pertemuan Wina akan menjadi kesempatan terbaik untuk menyelamatkan Suria dari neraka.) (alarabiya.net, 29/20/2015)

Bisa diperhatikan di sini amerika konsern agar pertemuan-pertemuan itu terjadi antara amerika dengan sekutu dan pengikutnya, Rusia, Turki, Saudi dan Iran. Hal itu untuk menyempurnakan kelompok dan berikutnya rencana-rencana amerika akan berjalan tanpa gangguan Eropa! amerika Serikat konsern mengundang Iran ke pertemuan-pertemuan itu: (amerika pada 27/10/2015 mengumumkan bahwa amerika menyampaikan undangan kepada Iran untuk hadir ke konferensi di Wina. Juru bicara kementerian luar negeri Iran Marzieh Afkham langsung menyatakan, “Kami telah menerima undangan. Telah diputuskan menteri luar negeri akan ikut serta di dalam pembicaraan.” (ash-sharqu al-awsath, 28/10/2015) Bukan hanya itu, bahkan amerika berusaha menjauhkan Eropa dari pertemuan-pertemuan pertama sehingga bebas dari gangguan Eropa selama perundingan. Dengan begitu perundingan akan berlangsung dengan kehadiran sekutu dan para pengikutnya saja. Karena itulah Perancis gelisah. Sebagai reaksi, menteri luar negeri Perancis menyerukan malam amal pada 27/10/2015. Laurent Fabius mengatakan bahwa “malam amal” akan diadakan di kantor menteri luar negeri dengan dihadiri oleh partner Perancis dalam menangani krisis Suria”. Ia menambahkan bahwa mereka yang berkumpul akan mendiksusikan jalan transisi politik demi Suria bersatu dan demokratis, menghormati semua komponen bangsa, dan mendukung perang kita melawan teroris.” Akan tetapi, amerika tidak menaruh perhatian terhadap “malam amal” itu, di mana amerika hanya mengutus deputi menteri luar negeri Antony Blinken dan bukannya menlu John Kerry.) (BBC, 27/10/2015) Tampak bahwa pertemuan Perancis hanya usaha untuk mendapatkan tempat di perundingan Wina.

Hampir saja amerika berhasil dalam terus menjauhkan Eropa, seandainya tidak meletus krisis pengungsi Suria dan beralihnya pengaruh krisis itu ke jantung Eropa, sehingga dikatakan bahwa krisis pengungsi membuat Eropa lupa dengan krisis Yunani… Terjadi pemfokusan terhadap masalah krisis pengungsi itu di media di Eropa selama empat bulan terakhir, khususnya oleh Inggris dan Perancis. Kemudian krisis pengungsi itu meningkat sampai menjadi pintu masuk untuk Eropa, khususnya Perancis dan Inggris untuk melintas ke arah krisis Suria. Akhirnya tidak terelakkan lagi kehadiran Eropa di pertemuan-pertemuan krisis Suria. Meski demikian, tampak jelas bagi orang yang memonitor masalah itu bahwa pembahasan-pembahasan serius adalah terjadi antara amerika dan sekutu-sekutu dan para pengikutnya “Rusia, Saudi, Turki dan Iran.”

Pada 30 Oktober 2015, diselenggarakan pertemuan yang diperluas melibatkan tujuh belas negara, yang diikuti Eropa dan beberapa negara lainnya… disamping representasi PBB, Uni Eropa dan Liga Arab… Akan tetapi sudah diketahui bahwa yang mengendalikan secara riil dalam jalannya pertemuan adalah amerika kemudian sekutu dan para pengikut amerika!

Hal paling menonjol yang ada dari pertemuan itu adalah:
(Perundingan-perundingan baru tentang krisis Suria di Wina telah dimulai pada pagi hari ini dengan keikutsertaan sekitar dua puluh pihak … diantaranya Iran, dalam upaya mencapai penyelesaian politik yang mengakhiri krisis dan menjamin hengkangnya Asad melalui tahapan transisi… Di dalam pertemuan itu ikut serta delegasi dari amerika Serikat, Rusia, Saudi, Turki, Cina, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Lebanon, Iran, Yordania, Qatar, Mesir, Oman, Irak, dan Emirat, disamping PBB dan Uni Eropa. Pertemuan itu dinilai sebagai pembicaraan pertama tentang Suria yang di dalamnya diikuti oleh Iran disamping kekuatan global dan regional yang berusaha untuk menyelesaikan krisis Suria.) (Aljazeera.net, 30/10/2015) Pertemuan itu lebih dekat kepada pertemuan pemuasan khususnya kepada Eropa… Dan diumumkan bahwa dua minggu kemudian akan diselenggarakan pertemuan berikutnya.

Pada 14/11/2015 diselenggarakan pertemuan. Di dalam keterangannya dinyatakan: (statemen pertemuan itu mengatakan bahwa wakil 17 negara ditambah Uni Eropa, PBB dan Liga Arab dalam pertemuan Wina sepakat atas jadual waktu tertentu untuk pembentukan pemerintahan transisi di Suria dalam waktu enam bulan dan penyelenggaraan pemilu dalam waktu 18 bulan meski ada perbedaan mereka atas masa depan Bashar Asad. Pertemuan internasional Wina dimulia hari Sabtu dengan dihadiri oleh amerika Serikat dan Rusia sebagai upaya mengadakan penyelesaian politik untuk pertikaian di Suria dilatar belakangi oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Paris dan perbedaan pendapat berkaitan dengan masa depan Bashar Asad. Hal itu seperti yang disampaikan oleh sumber diplomatik. Ini adalah pertemuan internasional kedua selama 15 hari. Pertemuan ini dilakukan hanya beberapa jam pasca serangan Paris yang menyebabkan setidaknya 128 orang tewas.) (Alarabiya.net, 14/11/2015 Wina-AFP)

(Menteri luar negeri Jerman juga mengatakan “meskipun masalah tersebut masih tetap saja tampak jauh dicapai, namun semua pihak sepakat seputar agenda. Dari sisinya, Kerry mengatakan dalam konferensi pers bersama di Wina dengan sejawatnya menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov dan utusan khusus PBB ke Suria Steffan de Mistura: lima anggota tetap dewan keamanan PBB sepakat atas dikeluarkannya resolusi untuk gencatan senjata di Suria dan penyelenggaraan pemilu dalam waktu 18 bulan.) (al-imarat al-yawm, 14/11/2015)

Begitulah, aksi-aski militer terus berlanjut dan perundingan juga terus berlanjut. Semua itu dengan irama amerika untuk meraih dua tujuan yang telah kami sebutkan sebelumnya:
Pertama, mendukung diktator Bashar sehingga tidak jatuh sebelum amerika menemukan alternatif antek berikutnya untuk menggantikan antek sebelumnya. Sehingga tidak akan terjadi kekosongan yang diisi dengan jalan yang tidak sesuai dengan kalkulasi-kalkulasi amerika…

Kedua, tekanan berturut-turut terhadap warga Suria agar mereka menerima alternatif yang dibuat oleh amerika berasal dari koalisi nasional, faksi-faksi yang disebut moderat dan sebagian pendukung rezim.

Jalan buntu amerika di Suria terjadi. amerika merekayasa pengganti-pengganti yang beragam, dengan jenis-jenis yang berbeda, seperti yang disebut Koalisi Nasioal dan lainnya diantara para pengikut dan alat-alat amerika. Akan tetapi semuanya tidak mendapat penerimaan di dalam negeri (Suriah)… Karena itu amerika meningkatkan eskalasi aktifitas militer, baik secara langsung maupun melalui Iran dan partainya Iran (Hizbullah) dan terakhir melalui Rusia. Semua itu merupakan upaya untuk menekan warga Suria agar menerima boneka-boneka amerika sebagai pengganti berikutnya untuk Bashar sang agen lama.

Ketiga: penyelesaian yang bisa diprediksi di Suria:
Penelaahan pada fakta yang berlangsung di Suria dan kaitan-kaitan internasional, regional dan lokalnya, memberikan point-point yang bisa diprediksi sebagai berikut:
Rezim Suria adalah antek amerika pada masa Bashar dan sebelumnya pada masa bapaknya. Perkara ini tidak perlu penjelasan lebih banyak lagi…
Kaum kafir imperialis menempatkan anteknya di tempat terpencil jika perannya telah habis dan menjadi tidak mampu lagi merealisasi kepentingan-kepentingan amerika…
Akan tetapi, mereka pada waktu yang sama konsern mendapatkan antek baru untuk menggantikan antek lama…
Di situ terjadi jalan buntu bagi amerika. Pengganti-pengganti dan koalisi nasional yang direkayasa amerika seperti tangan tukang sihir yang tidak berhasil…
amerika gagal dalam mengadakan antek untuk menggantikan anteknya sekarang, maka amerika khawatir Bashar akan binasa sebelum amerika menemukan pengganti yang mengisi kekosongan itu…

Point-point catatan yang menjelaskan bahwa penyelesaian yang bisa diprediksi adalah satu dari tiga kemungkinan:
amerika terus mengundur-ngundur perundingan … Jenewa 1, 2, 3 … Wina 1, 2, 3 … dan lainnya … dan memperpanjang jangka waktu untuk berunding setelah satu atau dua bulan … dan pemerintahan transisi untuk satu atau dua tahun … Begitulah terus dilakukan menunggu adanya pengganti yang bisa diterima oleh masyarakat yang dia mampu merealisasi kepentingan-kepentingan amerika. Pada saat yang sama, dukungan kepada Bashar terus berlanjut hingga dia tidak hancur sebelum waktunya. Hal itu dengan berbagai sarana dukungan jahat dari amerika dan dari antek-anteknya dan dari Iran dan milisinya, dan dari Rusia dan komplotannya ….

Menggunakan kekuatan internasional dan Non-internasional, amerika memaksakan bonekanya dari kalangan Koalisi Nasional dan faksi-faksi moderat dan mereka mengumumkan sekulerisme memerangi Allah SWT dan Rasul-Nya saw, terhadap pemerintahan.

Yang memegang pemerintahan adalah warga Suria yang jujur, warga Syam pusat dar al-Islam. Mereka menendang kaum kafir imperialis dan bonekanya serta sekulerismenya. Mereka mendirikan pemerintahan Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah sehingga membuat mulia Islam dan pemeluknya dan menghinadinakan kekufuran dan penganutnya. Mereka menjadi seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang Maha Bijaksana:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (TQS al-Isra’ [17]: 81)

Dan sesungguhnya warga Syam dan semua saudara (ikhwah) mereka di dalam Islam dengan daya dan kekuatan dari Allah akan menghalangi semua pemerintahan di bumi Syam kecuali pemerintahan Islam, dan menghalangi semua panji kecuali panji al-‘Uqab, panji Rasulullah saw, panji Lâ ilâh illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh, dan dengan begitu mereka membersihkan bumi Syam dari kotoran para antek dan para penjajah.

Keempat: pengaruh serangan Paris dan kebersamaan waktunya dengan konferensi Wina:
Adapun tentang bersamaan waktunya Konferensi Wina dan pemboman Paris, dimana Konferensi terjadi beberapa jam setelah pemboman, maka jauh kemungkinan kebersamaan waktu itu dimaksudkan atau memiliki pengaruh efektif dalam Konferensi Wina kecuali pada kadar amerika mengeksploitasi serangan Paris untuk membuat Perancis berhenti dari tuntutannya memerangi rezim Bashar. Sebaliknya Perancis akan sibuk memerangi apa yang disebut terorisme jauh dari Bashar, sehingga posisi Bashar terus berlanjut sampai amerika menemukan pengganti untuknya. Perancis sebelumnya menentang amerika dalam membatasi serangan udara atas apa yang disebut sebagai terorisme dan tidak menyasar rezim. Sekarang, Perancis jadi fokus pada yang disebut teroris dan bukan fokus pada rezim… Semua ini membuat amerika menjalarkan filamen konspirasinya di Suria untuk mengadakan penyelesaian sekuler yang disembunyikan di kantongnya dan bukan al-Khilafah yang diserukan oleh warga Syam… amerika melakukan itu dan amerika kelihatan tenang terhadap kelangsungan Bashar hingga amerika menemukan pengganti dan senggang dari konspirasi-konspirasinya. Hal itu setelah Bashar didukung oleh Iran dan partainya kemudian komplotan dan para pengikut amerika dan terakhir dengan dukungan Rusia dan amerika bisa menjauhkan bahaya Perancis dari rezim.

Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, Obama memanfaatkan serangan Paris dalam memperbaiki potret pemerintahannya yang terpilih secara demokratis. Dapat diperhatikan pernyataan-pernyataan Obama dalam berdiri bersama Perancis dalam langkah-langkah Perancis melawan tanzhim dan terorisme, dimana pernyataan-pernyataan Obama meningkat eskalasinya! Seolah-olah Obama ingin dalam suasana kampanye pemilu presiden amerika, Obama ingin agar ia tampak bertekad memerangi terorisme, dan bukan seperti yang dituduhkan oleh lawannya dari Republik bahwa pemerintahan Obama yang demokratis tidak berdiri menghadang terorisme dengan kuat. Ini berpengaruh menguatkan dukungan opini publik pemilu untuk orang-orang Demokrat. Pada konteks ini, pernyataan-pernyataan menteri luar negeri amerika John Kerry pada Jumat 13/11/2015 di Tunisia dan pada hari yang sama dengan hari terjadinya serangan Paris, John Kerry mengatakan: “Hari-hari ISIS terbatas”. Hal itu ia ucapkan dalam komentarnya terhadap disasarnya orang yang disebut jihadi John… seperti bahwa pembicaraan amerika tentang kekuatan yang tunduk kepada pelatihan mereka dan bahwa kekuatan itu meraih berbagai kemenangan di dalam negeri Suria menentang rezim ISIS, semuanya konteksnya sama.

Ada satu perkara yang tidak terelakkan untuk diperhatikan yaitu bahwa Barat mengeksploitasi serangan Paris dalam “memobilisasi pasukan” menentang Islam dengan klaim bahwa Islam di belakang pembunuhan warga sipil. Padahal merupakan fakta yang sudah tak terbantahkan bahwa menjadikan warga sipil sebagai sasaran dan bukannya kombatan dinilai sebagai perbuatan tidak syar’iy menurut pandangan Islam. Islam sepanjang sejarah dan sejak masa Rasululalh saw, menyengaja melindungi warga sipil yang bukan kombatan dari bencana perang, bahkan Islam memerintahkan menyelamatkan orang-orang lemah dan mereka adalah warga sipil yang tidak memiliki alat-alat perang untuk mempertahankan diri mereka sendiri… Dan bahkan dalam perang menghadapi musuh, Rasulullah saw berwasiat kepada pasukan Islami dengan hal itu:
«وَلا تَقْتُلُوا امْرَأَةً، وَلا وَلِيدًا، وَلا شَيْخًا كَبِيرًا»
“dan jangan kalian membunuh wanita, anak-anak dan orang lanjut usia.”

Para Khulafa’u ar-Rasyidin juga berpesan demikian. Abu Bakar ra berpesan kepada komandan pasukan:
(وَإِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ أَقْوَامًا قَدْ حَبَسُوا أَنْفُسَهُمْ فِي هَذِهِ الصَّوَامِعِ فَاتْرُكُوهُمْ وَمَا حَبَسُوا لَهُ أَنْفُسَهُمْ… وَلَا تَقْتُلُوا كَبِيرًا هَرِمًا، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا وَلِيدًا، وَلَا تُخْرِبُوا عُمْرَانًا…)
“dan sungguh kamu akan mendapati kaum-kaum yang mana mereka menahan diri mereka sendiri di biara-biara maka biarkan mereka dan apa yang di tahan oleh diri mereka sendiri… dan jangan kalian membunuh orang lanjut usia, wanita dan anak-anak, dan jangan kalian menghancurkan bangunan…”

Umar bin al-Khathab ra juga berpesan kepada komandan pasukannya:
(لَا تَغُلُّوا، وَلَا تَغْدِرُوا، وَلَا تُمَثِّلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا امْرَأَةً، وَلَا صَبِيًّا، وَلَا شَيْخًا…)
“Jangan kalian melampaui batas, jangan berkhianat, jangan memutilasi, jangan membunuh wanita, anak-anak dan oran lanjut usia…”

Begitulah kaum muslim hingga dalam perang mereka. Pasukan kaum muslim yang sedang memerangi musuhnya, jika pedang jatuh dari musuhnya, tidak dia bunuh, akan tetapi ditunggu hingga musuhnya mengambil pedangnya kemudian memeranginya dengan mulia berhadap-hadapan… Meski bahwa fakta-fakta ini tak terbantahkan di dalam Islam dan Barat juga memahami itu dari sejarah kaum muslim dan futuhat mereka, namun mereka mengeksploitasi insiden-insiden itu untuk memobilisasi kedengkian terhadap Islam dan kaum muslim, dan itu adalah kedengkian buta. Dan jika mereka melakukan kejahatan, dan betapa banyaknya kejahatan mereka, mereka tidak menghentikannya dan bahkan menjustifikasinya. Sebaliknya, jika seorang muslim melakukan kejahatan, mereka timpakan pada generasi Islam di tengah mereka bahkan mereka menyerang Islam itu sendiri seperti yang terjadi kemarin dan hari ini… Sungguh itu adalah kedengkian buta dan tidak bisa dipadamkan kecuali setelah berdirinya al-Khilafah. Al-Khilafah akan menuntut keadilan untuk setiap orang yang dizalimi oleh setiap diktator. Sehingga, cahaya al-Khilafah akan bersinar dan kebaikannya akan menyebar luas, bukan hanya meliputi negeri kaum muslim saja, akan tetapi akan meliputi semua orang yang berakal dan hidup di dunia ini…

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS Yusuf [12]: 21)


6 Shafar 1437 H
18 November 2015 M

Tuesday, October 13, 2015



Mewujudkan Kembali Makna Hakiki Hijrah Nabi
Oleh : Arief B. Iskandar 

Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang; tahun demi tahun pun berlalu. Kaum Muslim kembali memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun yang baru; kali ini memasuki Tahun Baru 1437 Hijrah. Tidak seperti ketika datang Tahun Baru Masehi yang disambut dengan penuh semarak oleh masyarakat, Tahun Baru Hijrah disikapi oleh kaum Muslim dengan ‘dingin-dingin’ saja.

Memang, Tahun Baru Hijrah tidak perlu disambut dengan kemeriahan pesta. Namun demikian, sangat penting jika Tahun Baru Hijrah dijadikan sebagai momentum untuk merenungkan kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain karena peristiwa Hijrah Nabi saw. sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan masyarakat ketimbang perubahan secara individual. Peristiwa Hijrah Nabi saw. tidak lain merupakan peristiwa yang menandai perubahan masyarakat Jahiliah saat itu menjadi masyarakat Islam. Inilah sebetulnya makna terpenting dari Peristiwa Hijrah Nabi saw.

Ketidakmampuan kita memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting Hijrah ini dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya Tahun Baru Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun. Ini tentu tidak kita inginkan.

Makna Hijrah

Secara bahasa, hijrah berarti berpindah tempat. Adapun secara syar‘i, para fukaha mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju Darul Islam. (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul Islam dalam definisi ini adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan yang keamanannya berada di tangan kaum Muslim.

Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat Islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta Hijrah Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi Darul Islam).

Peristiwa Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut:

Pertama: pemisah antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran; serta antara Darul Islam dan darul kufur. Paling tidak, demikianlah menurut Umar bin al-Khaththab ra. ketika beliau menyatakan: Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. (HR Ibn Hajar).

Kedua: tonggak berdirinya Daulah Islamiyah (Negara Islam) untuk pertama kalinya. Dalam hal ini, para ulama dan sejarahwan Islam telah sepakat bahwa Madinah setelah Hijrah Nabi saw. telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah negara Islam; bahkan dengan struktur yang—menurut cendekiawan Barat, Robert N. Bellah—terlalu modern untuk ukuran zamannya. Saat itu, Muhammad Rasulullah saw. sendiri yang menjabat sebagai kepala negaranya.

Ketiga: awal kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah selama 13 tahun sejak kelahirannya, Islam dan kaum Muslim terus dikucilkan dan ditindas secara zalim oleh orang-orang kafir Makkah. Demikianlah sebagaimana pernah diisyarakatkan oleh Aisyah ra.:
«كَانَ الْمُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ عَلَيْهِ فَأَمَّا الْيَوْمَ فَقَدْ أَظْهَرَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ وَالْيَوْمَ يَعْبُدُ رَبَّهُ حَيْثُ شَاءَ»
Dulu ada orang Mukmin yang lari membawa agamanya kepada Allah dan Rasul-Nya karena takut difitnah. Adapun sekarang (setelah Hijrah, red.) Allah SWT benar-benar telah memenangkan Islam, dan seorang Mukmin dapat beribadah kepada Allah SWT sesuka dia. (HR al-Bukhari).

Setelah Hijrahlah ketertindasan dan kemalangan umat Islam berakhir. Setelah Hijrah pula Islam bangkit dan berkembang pesat hingga menyebar ke seluruh Jazirah Arab serta mampu menembus berbagai pelosok dunia. Setelah Rasulullah saw. wafat, yakni pada masa Khulafaur Rasyidin, kekuasan Islam semakin merambah ke luar Jazirah Arab.

Bahkan setelah Khulafaur Rasyidin—yakni pada masa Kekhalifahan Umayah, Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah—kekuasaan Islam hampir meliputi 2/3 dunia. Islam bukan hanya berkuasa di Jazirah Arab dan seluruh Timur Tengah, tetapi juga menyebar ke Afrika dan Asia Tengah; bahkan mampu menembus ke jantung Eropa. Kekuasaan Islam malah pernah berpusat di Andalusia (Spanyol).

Mewujudkan Kembali Makna Hakiki Hijrah Nabi

Dengan mengacu pada tiga makna Hijrah di atas, dengan mengaitkannya dengan kondisi masyarakat saat ini, kita melihat:

Pertama: Saat ini umat Islam hidup di dalam darul kufur, bukan Darul Islam. Keadaan ini menjadikan umat Islam membentuk masyarakat yang tidak islami alias masyarakat Jahiliah. Masyarakat Jahiliah tidak lain adalah masyarakat yang didominasi oleh pemikiran dan perasaan umum masyarakat yang tidak islami serta sistem yang juga tidak islami.

Dalam konteks zaman Jahiliah modern saat ini, kita melihat, yang mendominasi masyarakat adalah pemikiran dan perasaan sekular serta sistem hukum sekular, yang bersumber dari akidah sekularisme; yakni akidah yang menyingkirkan peran agama dari kehidupan. Saat ini masyarakat didominasi oleh pemikiran demokrasi (yang menempatkan kedaulatan rakyat di atas kedaulatan Tuhan), HAM, nasionalisme (paham kebangsaan), liberalisme (kebebasan), permissivisme (paham serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan kesenangan duniwai/jasadiah sebagai orientasi hidup), feminisme (paham mengenai kesetaraan jender, pria-wanita), kapitalisme, privatisasi, pasar bebas, dll.

Perasaan masyarakat pun didominasi oleh perasaan ridha dan benci atas dasar pandangan hidup sekular. Mereka meridhai semua yang bersumber dari akidah sekular dan sebaliknya membenci semua yang bertentangan dengan pandangan sekularisme; mereka meridhai demokrasi (yang menjunjung tinggi kedaulatan manusia) dan sebaliknya membenci kedaulatan Tuhan untuk mengatur manusia; mereka meridhai nasionalisme dan nation state (negara-bangsa) dan sebaliknya membenci ikatan ukhuwah islamiyah dan kesatuan kaum Muslim di bawah satu negara (Khilafah Islamiyah); mereka meridhai liberalisme (kebebasan), permissivisme (paham serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan kesenangan duniawi/jasadiah sebagai orientasi hidup), dan sebaliknya membenci keterikatan dengan syariah/hukum-hukum Allah dan menjadikan akhirat sebagai orientasi hidup mereka; mereka meridhai sistem ekonomi kapitalisme yang berasaskan manfaat, ekonomi ribawi, privatisasi, dan pasar bebas dan sebaliknya membenci sistem ekonomi Islam; mereka pun meridhai hukum-hukum kufur yang bobrok dan sebaliknya membenci hukum-hukum Islam—seperti hukum cambuk, hukum rajam, atau hukum potong tangan—yang mendatangkan keadilan dan rahmat bagi manusia.

Lebih dari itu, sistem yang mengatur masyarakat saat ini tidak lain adalah sistem yang juga bersumber dari akidah sekularisme. Sebaliknya, sistem Islam—yakni sistem ekonomi, politik, pemerintahan, peradilan, hukum, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan negara yang bersumber dari akidah Islam—mereka campakkan. Itulah realitas masyarakat Jahiliah pada zaman modern saat ini.

Karena itu, upaya mengubah masyarakat Jahiliah menjadi masyarakat Islam, itulah di antara makna hakiki dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. yang harus kita realisasikan kembali saat ini. Caranya tidak lain dengan menggusur dominasi pemikiran, perasaan, dan sistem sekular di tengah-tengah masyarakat saat ini; kemudian menggantinya dengan dominasi pemikiran, perasaan, dan sistem Islam. Tanpa berusaha mengubah ketiga unsur tersebut di tengah masyarakat Jahiliah saat ini, masyarakat Islam yang kita cita-citakan tentu tidak akan pernah dapat diwujudkan.

Kedua: Saat ini tidak ada satu pun negeri Islam yang layak disebut sebagai Daulah Islamiyah. Padahal kita tahu, di antara makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah pembentukan Daulah Islamiyah, yang saat itu ditegakkan di Madinah al-Munawwarah.

Daulah Islamiyah yang dibentuk oleh Nabi saw.—yang dalam perjalanan selanjutnya setelah beliau wafat disebut sebagai Khilafah Islamiyah—tidak lain adalah sebuah negara yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena itu, upaya membangun kembali Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah ini seharusnya menjadi cita-cita bersama umat Islam yang betul-betul ingin mewujudkan kembali makna Hijrah dalam kehidupan mereka saat ini.

Ketiga: Saat ini keadaan umat Islam di seluruh Dunia Islam sangat memprihatinkan. Di negeri-negeri di mana kaum Muslim minoritas, mereka tertindas. Bahkan, kaum Muslim di Filipina (Moro), Thailand (Pattani), India (Kashmir), dan beberapa wilayah lain merupakan saksi nyata kesengsaraan dan ketertindasan umat Islam saat ini.

Bahkan di negeri-negeri yang kaya akan kekayaan alam, namun mereka tak berdaya, dengan mudah negeri mereka diduduki dan dijajah, lihatlah Afghanistan dan Irak. Mereka ditindas hanya karena satu alasan, yakni karena mereka Muslim; persis seperti orang-orang kafir Qurays dulu memperlakukan Nabi saw. dan para Sahabatnya ketika di Makkah. Mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memunculkan Islam, bahkan sekadar menampilkan identitas mereka sebagai Muslim.

Sebaliknya, kaum Muslim yang tinggal di negeri-negeri di mana mereka mayoritas pun, hukum-hukum Islam tidak bisa ditegakkan. Kaum Muslim yang berpegang teguh pada aturan-aturan Allah SWT disisihkan. Mereka yang konsisten dalam perjuangan menegakkan syariat Islam terus-menerus difitnah dengan berbagai cap yang menyudutkan seperti ekstremis, radikal, fundamentalis, bahkan teroris! Akibatnya, aspirasi Islam dibungkam dan para pejuangnya pun diburu, dijebloskan ke penjara, bahkan dibunuh.

Kaum Muslim saat ini hidup tertekan dalam “penjara besar”, yakni negeri mereka sendiri, yang telah dikuasai oleh sistem kufur yang dikontrol oleh negara-negara kafir Barat imperialis. Posisi umat Islam yang pernah mengalami masa kejayaannya sejak zaman Nabi saw. sampai Kekhilafahan Ustmaniyah di Turki kini tinggal kenangan.

Apalagi setelah Peristiwa 11 September 2001, Islam dan kaum Muslim betul-betul menjadi ‘bulan-bulanan’ AS dan sekutu-sekutunya. Padahal, kita tahu, di antara makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah bangkitnya kaum Muslim setelah mereka lama tertindas dan terzalimi (kurang-lebih 13 tahun) di negeri mereka sendiri, yakni Makkah, sebagaimana diisyaratkan oleh Aisyah ra. di atas.

Karena itu, agar kaum Muslim dapat benar-benar mewujudkan kembali makna Hijrah yang sebenarnya, tidak lain, umat ini harus segera melepaskan diri dari segala bentuk kezaliman sistem kufur dan kekuasaan negara-negara imperialis Barat kafir, yang nyata-nyata telah menimbulkan ketertindasan dan kemalangan kaum Muslim dalam berbagai bidang kehidupan. Semua itu tidak lain hanya mungkin diwujudkan dengan kembali berhijrah menuju Daulah Islamiyah.

Karena saat ini ditengah Islam tidak lagi diterapkan dalam kehidupan nyata dalam sebuah negara, maka tugas seluruh kaum Muslimlah untuk mewujudkannya kembali di tengah-tengah mereka. Caranya tidak lain dengan mengubah negeri-negeri Muslim saat ini yang berada dalam kungkungan sistem kufur, yakni sistem Kapitalisme-sekular, sekaligus menghimpunnya kembali dalam satu wadah negara, yakni Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah.

Khatimah

Hanya dengan mewujudkan kembali ketiga makna Hijrah di ataslah kekufuran akan lenyap digantikan oleh keimanan; kejahiliahan akan musnah tertutup cahaya Islam; darul kufur akan terkubur oleh Darul Islam; dan masyarakat Jahiliah pun akan berubah menjadi masyarakat Islam. Hanya dengan itu pula, insya Allah, umat Islam saat ini akan berubah dari umat yang terhina menjadi umat yang akan meraih kembali posisi terhormat sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT:
]كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ[
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3]: 110).

Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []